Terungkap, Orang Indonesia Sudah PintarPerhiasan sejak Zaman Es
KOMPAS.com - Bangsa Indonesia ternyata sudah mengembangkan kesenian sejak zaman es. Riset yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia dan Australia berhasil mengungkap jejak kesenian masa lampau tersebut.
Peneliti menemukan cangkang kerang, kuku elang, tulang babirusa, dan tulang hewan berkantung yang pada masanya dipakai sebagai perhiasan.
"Temuan ini menunjukkan bahwa tradisi bersolek sebagai salah satu bentuk berkesenian telah berkembang puluhan ribu tahun," kata Iwan Sumantri, arkeolog Universitas Hasanuddin yang terlibat riset.
"Tradisi bersolek itu malah mungkin lebih tua dari tradisi membuat lukisan gua," imbuh Iwan ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/4/2017).
Artefak bukti kebiasaan bersolek dan berkesenian itu ditemukan di Leang Bulu Bettue, sebuah gua di Sulewasi yang kaya peninggalan arkeologis, termasuk lukisan gua.
"Dengan beragam metode diketahui bahwa temuan berusia 30.000 - 22.000 tahun lalu," kata Adam Brumm dan Michelle Langley dari Griffith University dalam tulisannya di The Conversation hari ini.
"Temuan itu termasuk manik-manik yang terbuat dari taring babi rusa dan liontin yang terbuat dari tulang jari kuskus, hewan-hewan yang hanya bisa ditemui di Sulawesi," tambahnya.
Iwan mengungkapkan, warga Sulawesi pada zaman es sudah pintar membuat liontin. Mereka menggunakan tulang hewan sebagai bandul kalung. Sementara kalungnya sendiri terbuat dari tali berbahan kulit pohon.
Temuan yang telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Acacemy of Sciences (PNAS) pada Senin (3/4/2017) ini bernilai penting, diantaranya memberi gambaran tentang penyebaran manusia dan kebudayaannya di wilayah Wallacea - mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua - dan Australia.
Liontin dari hewan-hewan khas Sulawesi bisa menunjukkan keterkaitan antara manusia pertama penghuni pulau tersebut dengan fauna di sekitarnya.
Keterkaitan spiritual antara manusia dan hewan pada masyarakat Aborigin mungkin juga berakar dari manusia di Sulawesi.
Peneliti menemukan cangkang kerang, kuku elang, tulang babirusa, dan tulang hewan berkantung yang pada masanya dipakai sebagai perhiasan.
"Temuan ini menunjukkan bahwa tradisi bersolek sebagai salah satu bentuk berkesenian telah berkembang puluhan ribu tahun," kata Iwan Sumantri, arkeolog Universitas Hasanuddin yang terlibat riset.
"Tradisi bersolek itu malah mungkin lebih tua dari tradisi membuat lukisan gua," imbuh Iwan ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/4/2017).
Artefak bukti kebiasaan bersolek dan berkesenian itu ditemukan di Leang Bulu Bettue, sebuah gua di Sulewasi yang kaya peninggalan arkeologis, termasuk lukisan gua.
"Dengan beragam metode diketahui bahwa temuan berusia 30.000 - 22.000 tahun lalu," kata Adam Brumm dan Michelle Langley dari Griffith University dalam tulisannya di The Conversation hari ini.
"Temuan itu termasuk manik-manik yang terbuat dari taring babi rusa dan liontin yang terbuat dari tulang jari kuskus, hewan-hewan yang hanya bisa ditemui di Sulawesi," tambahnya.
Iwan mengungkapkan, warga Sulawesi pada zaman es sudah pintar membuat liontin. Mereka menggunakan tulang hewan sebagai bandul kalung. Sementara kalungnya sendiri terbuat dari tali berbahan kulit pohon.
Temuan yang telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Acacemy of Sciences (PNAS) pada Senin (3/4/2017) ini bernilai penting, diantaranya memberi gambaran tentang penyebaran manusia dan kebudayaannya di wilayah Wallacea - mencakup Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua - dan Australia.
Liontin dari hewan-hewan khas Sulawesi bisa menunjukkan keterkaitan antara manusia pertama penghuni pulau tersebut dengan fauna di sekitarnya.
Keterkaitan spiritual antara manusia dan hewan pada masyarakat Aborigin mungkin juga berakar dari manusia di Sulawesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar