Selasa, 04 April 2017

Cerita Dibalik Lagu Resah Payung Teduh

Cerita Dibalik Teduhnya Lagu Resah


Selamat pagi putri, dengan jalan pikirmu yang masih tak bisa kumengerti

    Eaaaak :v Sekali-kali bersajak boleh lah. Walaupun sebenarnya cuma ikut-ikut salah satu peserta SUCI 5 sih. Yap betul, Wira. Dengan kumisnya yang khas dan jenggot yang tumbuhnya di leher._. Saat stand up selalu membawakan materinya dengan konsep ‘bersajak’. Anti mainstream kalau kata anak muda jaman sekarang. Tapi sayang minggu ini dia harus pulang.
    Oke, kembali ke permasalahan yang ingin saya tulis. Payung Teduh. Lagu-lagunya tidak luput dari nama bandnya. Teduh. Semua lagunya bikin hati adem. Apalagi kalau lagi galau (uhuk). Tapi kali ini kita (kita?) akan membahas salah satu lagunya yang berjudul Resah. Bagi temen-temen yang belum tau lagunya, coba di download deh. Serius, lagu yang satu ini bikin kita merinding kalo denger. Bukan promosi lho ya. Haha. Terus, lagu ini juga enak buat penghantar tidur. Pengennya tidur terus. Tapi jangan lupa bangun.

Parararara.. Parararara.. Parararara... Pararara…
Parararara.. Parararara.. Huuuu…uuu….

Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu
(Reff) Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu

Parararara.. Parararara.. Parararara... Pararara…
Parararara.. Parararara.. Huuu.. Huuu…
Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang
Tergoyang angin menantikan tubuh itu
(Reff 2x)
Buat yang suka nyanyi, reff yang kedua overtune tuh. Haha.

    Pertama denger lagu ini dari temen. Pertama biasa aja, lama-lama kok enak didenger? Terus jadi kepo sama Payung Teduh. Gas, saya ingin membahas satu-persatu liriknya. Oh iya, sebelumnya saya biasa aja sih sama lirik dan lagunya. Kemarin, temen saya ngomong katanya ada ‘cerita’ dibalik teduhnya lagu Resah. Nggak percaya, saya langsung googling tentang nih lagu. Ternyata benar. Disini kita (kita??) akan mengulasnya kembali. Jangan kemana-mana tetap di SILET.

    Dimulai dari latar belakang lirik lagu ini berasal. Setelah saya membaca beberapa blog, ada satu yang bikin saya paling percaya. Jadi gini, salah satu personil Payung Teduh yang bernama Aziz Kariko atau yang sering dipanggil “Comi’ adalah dosen. Saat itu dia menceritakan kepada mahasiswanya tentang darimana lirik dari lagu Resah ini berasal. Semuanya bermula pada pengalaman Comi saat hiking. Dia hiking bersama teman-temannya. Ada satu teman cowoknya yang cerita kalo dia lagi ada masalah cinta. Di tengah perjalanan, temannya itu hilang. Semuanya mencari. Karena kesusahan mencarinya dan nggak ketemu-ketemu, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggunya di pos selanjutnya. Lama nggak dateng-dateng, mereka mencarinya kembali. Setelah ditemukan, temannya yang hilang itu sudah tidak bernyawa dengan gantung diri di atas pohon. Ternyata, dia ngantongin kertas yang berisi puisi. Nah, penggalan puisi itu kemudian dimasukkan ke lirik lagu Resah.

    Cuss, langsung saja kita (kita???) bahas lirik dari lagu ini. Kita (kamu aja keles) akan membahas per kalimatnya.

“Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap”

    Coba fokus pada dua kata “hujan” dan “malam gelap”. Sekarang begini, jika kalian ingin pergi bersama pacar atau orang yang kalian sayangi, mungkinkah kalian akan pergi saat hujan dan malam gelap? Kemungkinannya sangat kecil. Malam minggu hujan aja pada bingung. Apalagi kalo malem-malem. Kata “malam gelap” pada kalimat ini lebih mengarah pada dunia yang lain. Bukan dunia kita. Nahloh, gimana tuh?

“Tapi aku tak bisa melihat matamu”

    Kalian bisa melihat mata teman kalian? Tentu bisa. Saya sendiri juga bisa. Bukan hanya mata, seluruh tubuh orang lain saya juga bisa lihat. Kalian bisa lihat mata makhluk ghaib? Tentu tidak. Beda lagi dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus. Jangankan melihat matanya, dengar temen ngomongin makhluk ghaib aja saya sudah merinding. Besar kemungkinan maksud dari kalimat ini adalah tidak bisa bertemu dengan orang itu karena sudah berbeda dunia. Sudah tidak bisa lagi melihat matanya.


“Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur”

    Disini saya mencoba berimajinasi. Anggap saja pohon itu adalah kehidupan, daun adalah nyawa. Sedangkan ‘gugur’ adalah kematian. Dengan begitu ‘daun gugur’ bisa diartikan kematian seseorang. Sekarang sudah sangat jelas, sang penulis puisi yang sedang ada problematika cinta besar adanya adalah ditinggal mati sang kekasih. Maksud dari kalimat ini adalah masih ingin berdua dengan sang kekasih di dunia antara kematian dan kehidupan. Di antara daun gugur.

“Aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu”

    Langsung saja, mungkin maksud dari kalimat ini adalah sang kekasih yang sebenarnya juga masih ingin berdua dengannya tetapi sadar mereka sudah berbeda dunia. Hanya resah yang tercipta. Resah antara ingin bertemu tetapi kenyataan tidak memperbolehkan mereka bertemu.

“Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang”

    Melayang-layang disini berarti tidak menapak pada tanah. Pernah melihat orang gantung diri kakinya menapak pada tanah? Kalo pernah, saya berani taruhan orang itu masih hidup. Di kalimat ini mungkin saja maksudnya adalah tentang cara sang penulis puisi untuk bisa bertemu lagi dengan kekasihnya di dunia yang berbeda. Yap, cara itu adalah dengan bunuh diri. Dengan adanya kata “melayang-layang” yang berarti cara bunuh dirinya dengan cara gantung diri. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan melakukan hal bodoh sekalipun untuknya.

“Tergoyang angin menantikan tubuh itu”

    Melayang-layang tergoyang angin. Mungkin jiwa yang telah lepas dari dirinya tergoyang angin di atas sana menantikan tubuh sang kekasih untuk bisa bertemu kembali. Untuk kali ini, di dunia yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coretan adika

6 Fakta Anak Kedua dari Tiga Bersaudara

Kalau Kamu Anak Kedua dari Tiga Bersaudara, 6 Fakta Ini Pasti Akrab Denganmu Dibandingkan anak sulung atau anak bungsu, anak kedua dari...